BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran
merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman
informasi dari satu pihak kepada pihak lain untuk tujuan tertentu. Komunikasi
dikatakan efektif apabila komunikasi yang
terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback
dari pihak penerima pesan.
Kualitas
pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di
dalamnya. Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi
pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik,
dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Pengajar adalah
pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang
efektif dalam pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar dituntut memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang
efektif.
Oleh karena itu dalam makalah
ini kami akan memaparkan makalah dengan judul “Bentuk-bentuk komunikasi dalam pendidikan dan Pembelajaran.”
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan interaksi ?
3. Jelaskan bentuk-bentuk komunikasi !
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan interaksi dalam
pendidikan !
5. Apa yang dimaksud dengan komunikasi
pembelajaran?
6. Mengapa diperlukan komunikasi
pembelajaran?
BAB II
BENTUK – BENTUK KOMUNIKASI
PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan
atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami.
Banyak pendapat dari berbagai pakar mengenai definisi
komunikasi, namun jika diperhatikan dengan seksama dari berbagai pendapat
tersebut mempunyai maksud yang hampir sama. Menurut Hardjana, sebagaimana
dikutip oleh Endang Lestari G (2003) secara etimologis komunikasi berasal dari
bahasa Latin yaitu cum, sebuah kata depan yang artinya dengan, atau
bersama dengan, dan kata umus, sebuah kata bilangan yang berarti satu.
Dua kata tersebut membentuk kata benda communio, yang dalam bahasa
Inggris disebut communion, yang mempunyai makna kebersamaan, persatuan,
persekutuan, gabungan, pergaulan, atau hubungan. Karena untuk ber-communio
diperlukan adanya usaha dan kerja, maka kata communion dibuat kata kerja
communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, tukar
menukar, membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada
seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, atau berteman. Dengan
demikian, komunikasi mempunyai makna pemberitahuan, pembicaraan, percakapan,
pertukaran pikiran atau hubungan.
Evertt M.
Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang di dalamnya terdapat suatu
gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah
perilakunya. Pendapat senada dikemukakan oleh Theodore Herbert, yang mengatakan
bahwa komunikasi merupakan proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan
dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai
beberapa tujuan khusus. Selain definisi yang telah disebutkan di atas, pemikir
komunikasi yang cukup terkenal yaitu Wilbur Schramm memiliki pengertian yang
sedikit lebih detil. Menurutnya, komunikasi merupakan tindakan melaksanakan
kontak antara pengirim dan penerima, dengan bantuan pesan; pengirim dan
penerima memiliki beberapa pengalaman bersama yang memberi arti pada pesan dan
simbol yang dikirim oleh pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh
penerima.(Suranto : 2005)
B. BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI
a. Komunikasi intrapesonal
Komunikasi
intrapersonal merupakan komunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk
berfikir,melakukan penalaran,menganalisis dan merenung. (Devito 1997:57)
Demikian menurut Effendy (1993:57) tentang pengertian komunikasi
intrapersonal atau komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang
berlangsung dalam diri seseorang.orang itu berperan baik sebagai
komunikator maupun sebagai komunikan.
b.Komunikasi
Antarpersonal
Komunikasi
antarpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara
dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika. (Joseph A.Devito,1989:4)
c. Komunikasi
kelompok
Ø
Komunikasi
dalam kelompok besar
Komunikasi dalam kelompok besar (large
group,massa atau macro group)
Tidaklah selalu
sama dengan komunikasi dalam kelompok kecil meskipun setiap kelompok
besar pasti terdiri atas beberapa kelompok kecil.hal ini antara lain
dikarenakan beberapa hal sebagai berikut :
· Komunikasi
dalam kelompok besar jumlahnya yang besar (ratusan atau ribuan orang) di mana
dalam suatu situasi komunikasi yang sedang berlangsung hampir tidak terdapat
kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal dan personal karna sedikit
sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk bertannya jawab. Situasi
·
dialogis hampir tidak ada Sebaiknya pembicara senantiasa perlu lebih fokus
dalam arah pembicaraannya sehingga pendengar akan dapat mudah mencerna pesan
pembicara. (Joseph
A.Devito (1997:305)
Ø
Komunikasi
kelompok kecil.
Komunikasi kelompok kecil adalah sekumpulan
perorangan yang relative kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa
tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara mereka.
Contoh :
komunikasi antar manager dengan sekumpulan karyawan
d. Komunikasi
massa
Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi secara institusional dan
teknologis dari sebagian besar aliran pesan yang dimiliki bersama secara
berkelanjutan dalam masyarakat-masyarakat industrial (Heru Puji Winarso,
2005:20)
Komunikasi
adalah interaksi yang dapat memberikan pemahaman. Dalam sebuah komunikasi ada
proses dan usaha untuk memahami dan dipahami. Apabila kita bicara, tetapi belum
dipahami oleh orang yang diajak bicara, maka dikatakan belum berkomunikasi.
Itulah hakekat dari komunikasi.[1][6]
Dalam
komunikasi terjadi interaksi dua arah, antara yang berbicara dan yang diajak
bicara. Dalam dunia pendidikan, komunikasi dilakukan oleh guru dengan murid.
Untuk menciptakan komunikasi yang efektif maka berusahalah untuk menghindari
salah persepsi.
Ada
tiga hal yang perlu dalam berkomunikasi. Ketiga hal ini merupakan rangkaian
yang tak terpisahkan, yaitu :
a. Maksud yang hendak
dikomunikasikan
Setiap kali guru
hendak berkomunikasi, tentunya ada maksud tertentu. Apakah itu dalam bentk
memberikan pengakuan, bimbingan, maupun perbaikan. Tentunya itu semua
adalah untuk kepentingan anak didik
dengan komunikasi itu terjadi perubahan ke arah yang lebih baik.
b. Cara mengomunikasikan
Meskipun mempunyai
maksud yang baik, belum tentu komunikasi itu mampu mempengaruhi anak. Cara
mengkomunikasikan masalah sangat menentukan kualitas komunikasi dan hasil yang
diharapkan. Kadang-kadang maksud yang baik tetapi caranya kurang baik, maka
diterima kurang baik. Sebaiknya, komunikasi dilakukan dengan cara yang baik.
c. Maksud bisa diterima
Bila cara
komunikasi yang dilakukan oleh guru tepat, maka maksud yang hendak
dikomunikasikan akan dapat diterima. Sebaiknya, bila cara mengomunikasikan informasi
tidak tepat, maka informasi tidak sampai pada anak
Komunikasi
memegang peranan yang amat penting bagi kesuksesan seorang guru. Guru yang
sukses mampu melakukan komunikasi yang efektif. Hampir setiap saat guru
berkomunikasi dengan guru, teman, maupun orang tua. Komunikasi dengan siswa
akan berbeda dengan sesama guru, dan orang tua.
Adapun beberapa hal yang perlu
diketahui ketika berkomunikasi dengan siswa. Komunikasi tidak selalu dengan
bahasa verbal, bisa juga dilakukan dengan menggunakan bahasa nonverbal, yaitu
bahasa tubuh, diantaranya :
a. Ekspresi wajah
b. Tatapan mata
c. Gerak tubuh
d. Intonasi atau nada suara
Komunikasi yang efektif dalam proses
pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila
terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan
informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku
komunikasi tersebut. Jika dalam pembelajaran terjadi
komunikasi yang efektif antara pengajar dengan mahasiswa, maka dapat dipastikan
bahwa pembelajaran tersebut berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut, maka para
pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau
pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi
yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain informasi, memilih
dan menggunakan saluran atau media, serta kemampuan komunikasi antar pribadi
dalam proses pembelajaran.
C.
INTERAKSI DALAM PENDIDIKAN
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa interaksi adalah hal saling
melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi, antar hubungan
Pada masa
belajar otomatis terjadi interaksi antara murid dan guru, antara guru dan
murid, serta murid dengan teman-temannya. Pola pergaulan yang baik sangat
penting artinya bagi proses pendidikan seorang anak didik.
Guru sebagai tenaga profesional di
bidang pendidikan,disamping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan
konseptual,juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis.
Hal-hal yang bersifat teknis ini,terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan
interaksi belajar mengajar. Dalam proses pendidikan sering kita jumpai
kegagalan-kegagalan,hal ini biasanya dikarenakan lemahnya sistem komunikasi. Untuk
itu,pendidik perlu mengembangkan pola komunikasi efektif dalam proses belajar
mengajar.Komunikasi pendidikan yang penulis maksudkan disini adalah hubungan
atau interaksi antara pendidik dengan peserta didik pada saat proses belajar
mengajar berlangsung,atau dengan istilah lain yaitu hubungan aktif antara
pendidik dengan peserta didik.
Namun,
interaksi dalam kegiatan pembelajaran menjadi kurang maksimal ketika kegiatan
pembelajaran didominasi oleh guru yang menjadi sumber informasi utama.
Khususnya di dalam proses pembelajaran, interaksi antara guru dan anak didik
sangatlah penting sebab kondisi anak didik yang beragam, kemampuan anak didik
yang beragam. Jika guru hanya terfokus pada kegiatannya sendiri, maka akan
terjadi blank (kekosongan) pada anak didik. Untuk itu, antara guru
dan anak didik harus selalu berinteraksi, tidak hanya guru yang
aktif melainkan anak didik juga harus aktif. Misalkan, jika anak didik merasa
tidak mengerti materi pelajaran, maka seharusnya mereka mengatakannya pada guru
sehingga guru mengerti bahwa ada anak didiknya yang belum mengerti dan guru
dapat menjelaskan materi yang ia
bawakan kembali. Ini adalah salah
satu bentuk interaksi antar siswa guru.
Kurikulum saat ini seolah menuntut
guru untuk menyelesaikan materi sesuai jadwal pendidikan yang terperinci dalam
silabus seolah tanpa memerhatikan keadaan siswa. Sehingga sangat dilematis
sekali jika harus mengajar terus-menerus. Tidak hanya itu, guru juga menjadi
dilemma dalam menentukan cara yang baik untuk mengajar.. Mengaktifkan
hubungan timbal balik atau interaksi antara guru dan siswa itu merupakan syarat
utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peritiwa
belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara
guru dengan siswa, tetapi berupa interaktif edukatif agar tujuan pembelajaran
tercapai.[2][9]
Interaksi
pembelajaran harus diciptakan sedemikian rupa sehingga anak didik bisa tertarik
dan menyenangkan untuk belajar. Model pembelajaran juga harus tepat disesuaikan
dengan materi dan tidak monoton. Keadaan seperti ini akan mengarah pada
pencapaian hasil pembelajaran yang efektif. Sayangnya, kenyataan demikian
terlihat bahwa pada saat penyajian materi guru lebih dominan di dalam kelas
dengan menerapkan model pembelajaran langsung yang dikombinasikan dengan
beberapa metode yaitu ceramah, diskusi, tugas dan tanya jawab. Akan tetapi
metode pembelajaran langsung ini tidak secara keseluruhan dapat menarik minat,
motivasi dan antusias siswa untuk belajar matematika. Suasana demikian cenderung
membuat siswa diam dan pasif ditempat duduk mendengar dan menerima materi dari
guru. Jika mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, siswa pada umumnya
malu dan takut untuk bertanya kepada guru apalagi siswa yang berkemampuan
rendah mereka cenderung diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan atau
pendapat. Hal ini secara langsung melumpuhkan interaksi yang seharusnya
terjadi.
D. KOMUNIKASI
PEMBELAJARAN
Pembelajaran adalah susunan informasi
untuk menghasilkan belajar. Transfer informasi dari sumber ke
penerima disebut sebagai komunikasi. Karena pembelajaran baru biasanya
bergantung pada pengambilan dalam informasi baru, pembelajaran yang efektif
tidak bisa berjalan tanpa adanya komunikasi. Oleh karena itu, sangat penting
bagi kita untuk mengetahui sesuatu tentang proses komunikasi untuk digunakan
dalam media pembelajaran secara efektif.
A.
Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran
Pembelajaran
merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman informasi
dari satu pihak kepada pihak lain untuk tujuan tertentu. Komunikasi dikatakan
efektif apabila komunikasi yang
terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari
pihak penerima pesan.
Kualitas
pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di
dalamnya. Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses
transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada
peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan
tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Pengajar
adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi
yang efektif dalam pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar dituntut
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses
pembelajaran yang efektif.
Komunikasi dikatakan efektif apabila
terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan
informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku
komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu
dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu:
a. Kejelasan
Hal
ini dimaksudkan bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas
informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
b. Ketepatan
Ketepatan
atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran
informasi yang disampaikan.
c. Konteks
Konteks
atau sering disebut dengan situasi, maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi
yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi
itu terjadi.
d. Alur
Bahasa
dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika
yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
e. Budaya
Aspek
ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan
tatakrama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan
budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal
maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi. (Endang Lestari G:
2003)
Terkait
dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang
dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta
menimbulkan umpan balik yang positif oleh mahasiswa. Komunikasi
efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar
pribadi yang harus dimiliki oleh seorang dosen. Komunikasi antar pribadi
merupakan komunikasi yang berlangsung secara informal antara dua orang
individu. Komunikasi ini berlangsung dari hati ke hati, karena diantara
keduabelah pihak terdapat hubungan saling mempercayai. Komunikasi antar pribadi
akan berlangsung efektif apabila pihak yang berkomunikasi menguasai
keterampilan komunikasi antar pribadi.
Menurut
Endang Lestari G dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi yang Efektif” ada dua
model proses komunikasi, yaitu:
a. Model
linier
Model ini mempunyai ciri sebuah proses
yang hanya terdiri dari dua garis lurus, dimana proses komunikasi berawal
dari komunikator dan berakhir pada komunikan. Berkaitan dengan model
ini ada yang dinamakan Formula Laswell. Formula ini merupakan cara untuk
menggambarkan sebuah tindakan komunikasi dengan menjawab pertanyaan: who,
says what, in wich channel, to whom, dan with what effect.
b. Model
sirkuler
Model
ini ditandai dengan adanya unsur feedback. Pada model sirkuler ini
proses komunikasi berlangsung dua arah. Melalui model ini dapat diketahui
efektif tidaknya suatu komunikasi, karena komunikasi dikatakan efektif apabila
terjadi umpan balik dari pihak penerima pesan.
Dengan demikian
proses komunikasi dapat berlangsung satu arah dan dua arah. Komunikasi yang
dianggap efektif adalah komunikasi yang menimbulkan arus informasi dua arah,
yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan.
Dalam proses komunikasi yang baik akan terjadi tahapan pemaknaan terhadap
pesan (meaning) yang akan disampaikan oleh komunikator,
kemudian komunikator melakukan proses encoding, yaitu
interpretasi atau mempersepsikan makna dari pesan tadi, dan selanjutnya dikirim
kepada komunikan melalui channel yang dipilih. Pihak komunikan
menerima informasi dari pengirim dengan melakukan proses decoding,
yaitu menginterpretasi pesan yang diterima, dan kemudian memahaminya sesuai
dengan maksud komunikator. Sinkronisasi pemahaman antara komunikan dengan
komunikator akan menimbulkan respon yang disebut dengan umpan balik.
B. Proses Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses, bukan
sesuatu yang bersifat statis. Komunikasi memerlukan tempat, dinamis,
menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi
bersama, serta melibatkan suatu kelompok.
Pengirim pesan
melakukan encode, yaitu memformulasikan pesan yang akan
disampaikannya dalam bentuk code yang sedapat mungkin dapat
ditafsirkan oleh penerima pesan. Penerima pesan kemudian menafsirkan
atau men-decode code yang
disampaikan oleh pengirim pesan. Berhasil tidaknya komunikasi atau tercapai
tidaknya tujuan komunikasi tergantung dari ketiga komponen tersebut.
Dilihat dari prosesnya, komunikasi
dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi
verbal adalah komunikasi dengan menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun
bahasa lisan. Sedangkan komunikasi nonoverbal adalah komunikasi
yang menggunakan isyarat, gerak gerik, gambar, lambang, mimik muka, dan
sejenisnya.
Ketercapaian
tujuan merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan komunikasi tergantung
pada faktor-faktor sebagai berikut:
a. Komunikator (Pengirim Pesan)
Komunikator
merupakan sumber dan pengirim pesan. Kredibilitas komunikator yang membuat
komunikan percaya terhadap isi pesan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
komunikasi.
b. Pesan yang disampaikan
Pesan
harus memiliki daya tarik tersendiri, sesuai dengan kebutuhan penerima pesan,
adanya kesamaan pengalaman tentang pesan, dan ada peran pesan dalam memenuhi
kebutuhan penerima.
c. Komunikan (Penerima
Pesan)
Agar
komunikasi berjalan lancar, komunikan harus mampu menafsirkan pesan, sadar
bahwa pesan sesuai dengan kebutuhannya, dan harus ada perhatian terhadap pesan
yang diterima.
d. Konteks
Komunikasi
berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif
sangat mendukung keberhasilan komunikasi.
e. Sistem
Penyampaian
Sistem
penyampaian berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang digunakan
dalam proses komunikasi harus disesuaikan dengan kondisi atau karakterisitik
penerima pesan. (IGAK Wardani: 2005)
C. Macam-macam
Komunikasi dalam Pembelajaran
1. Secara Langsung
Seorang
guru/dosen memberikan pelajaran secara langsung dengan bertatap muka dengan
para siswa dalam suatu ruangan ataupun di luar ruangan dalam konteks
pembelajaran. Seperti yang terjadi di sekitar kita mulai dari sekolah dasar
sampai perguruan tinggi.
2. Secara Tidak Langsung
Guru/dosen
dapat memberikan suatu pembelajaran melalui suatu media tanpa harus bertatap
muka secara langsung dengan siswa. Dan siswapun dapat memperoleh informasi
secara luas melalui media tersebut. Seperti model sekolah jarak jauh yaitu
memanfaatkan media internet sebagai alat untuk pembelajaran.
D. Tujuan Komunikasi dalam Pembelajaran
1. Memberikan Pengetahuan
tentang Tujuan Belajar
Pada permulaan pembelajaran, siswa perlu diberi tahu tentang pengetahuan
yang akan diperolehnya atau ketrampilan
yang akan dipelajarinya. Kepada siswa harus dipertunjukkan apa yang
diharapkan darinya, apa yang harus dapat ia lakukan untuk menunjukkan bahwa ia
telah menguasai bahan pelajaran dan tingkat kesulitan yang diharapkan. Untuk
pembelajaran dalam kawasan perilaku psikomotor atau kognitif, media visual khususnya
yang menampilkan gerak dapat mempertunjukkan kinerja (performance) yang
harus dipelajari siswa. Dengan demikian dapat menjadi model perilaku yang diharapkan dapat
dipertunjukkannya pada akhir pembelajaran.
2. Memotivasi Siswa
Salah satu peran yang umum dari media
komunikasi adalah memotivasi siswa. Tanpa motivasi, sangat mungkin
pembelajaran tidak menghasilkan belajar. Usaha untuk memotivasi siswa
seringkali dilakukan dengan menggambarkan sejelas mangkin keadaan di masa
depan, dimana siswa perlu menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Jika
siswa menjadi yakin tentang relevansi pembelajaran dengan kebutuhannya di masa
depan, ia akan termotivasi mengikuti pembelajaran. Media yang sesuai untuk
menggambarkan keadaan masa depan adalah media
yang dapat menunjukkan sesuatu atau menceritakan (tell) hal aersebut.
Bila teknik bermain peran digunakan (seperti lawak atau drama), pengalaman yang
dirasakan siswa akan lebih kuat. Film juga seringkali diproduksi dan digunakan
untuk tujuan motivasi dengan cara yang lebih alami.
3. Menyajikan Informasi
Dalam
sistem pembelajaran yang besar yang terdiri dari beberapa kelompok tantangan
kurikulum yang sama, media seperti film dan televisi dapat digunakan untuk
menyajikan informasi. Guru kelas bebas dari tugas mempersiapkan dan menyajikan
pelajaran, ia dapat menggunakan energinya kepada fungsi-fungsi yang lain
seperti merencanakan kegiatan siswa, mendiagnosa masalah siswa, memberikan
konseling secara individual. Ada tiga jenis variasi penyajian informasi:
(a) penyajian
dasar (basic), membawa siswa kepada pengenalan pertama terhadap materi
pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan diskusi, kegiatan siswa atau oleh
guru kelas; (b) penyajian pelengkap (supplementary), setelah penyajian
dasar dilakukan oleh guru kelas, media digunakan untuk membawa sumber-sumber
tambahan ke dalarn kelas, melakukan apa yang tidak dapat dilakukan di kelas
dengan cara apapun. (c) penyajian pengayaan (enrichment), merupakan
informasi yang tidak merupakan bagian dari tujuan pembelajaran, didiadakan
karena memiliki nilai motivasi dan dapat mencapai perubahan sikap dalam diri
siswa.
4. Merangsang Diskusi
Kegunaan media untuk merangsang diskusi
seringkali disebut sebagai papan loncat, diambil dari bentuk penyajian yang
relatif singkat kepada sekelompok siswa dan dilanjutkan dengan diskusi. Format media
biasanya menyajikan masalah atau pertanyaan, seringkali melalui drama atau contoh
pengalaman manusia yang spesifik. Penyajian dibiarkan terbuka (open-end),
tidak ada penarikan kesimpulan atau saran pemecahan masalah. Kesimpulan atau
jawaban diharapkan muncul dari siswa sendiri dalam interaksinya dengan pemimpin
atau dengan sesamanya. Penyajian media diharapkan dapat merangsang pemikiran,
membuka masalah, menyajikan latar belakang informasi dan memberikan fokus
diskusi.
5. Mengarahkan Kegiatan Siswa
Pengarahan kegiatan merupakan penerapan dari
metode pembelajaran yang disebut metode kinerja (performance) atau
metode penerapan (application). Penekanan dari metode ini adalah pada
kegiatan melakukan (doing). Media dapat digunakan secara singkat atau
sebentar – sebentar untuk mengajak siswa mulai dan berhenti. Dengan kata lain
program media digunakan untuk mengarahkan siswa dilakukan kegiatan langkah demi
langkah (step-by-step). Penyajian
bervariasi, mulai dari pembelajaran sederhana untuk kegiatan siswa, seperti
tugas pekerjaan rumah sampai pengarahan langkah demi langkah untuk percobaan
laboratorium yang kompleks. Permainan merupakan metode pembelajaran yang sangat
disukai khususnya bagi siswa sekolah menengah, memiliki nilai motivasional yang
tinggi, melibatkan siswa lebih baik daripada metode pembelajaran yang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran sebagai subset dari proses
pendidikan harus mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas
pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat mendukung peningkatan mutu
pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus terjadi komunikasi yang
efektif, yang mampu memberikan kefahaman mendalam kepada peserta didik atas
pesan atau materi belajar.
Komunikasi
efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu
pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta
didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan,
sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan
perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling
bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif dalam
pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar dituntut memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.
Pada
dasarnya kegiatan pembelajaran itu sendiri merupakan proses interaksi antara
guru dan siswa. Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan
pembelajaran adalah proses pelaksanaannya. Pengajaran berintikan interaksi
antar guru dengan siswa atau sebaliknya antara siswa dengan guru dalam proses
belajar mengajar. Proses interaksi ini, guru melakukan kegiatan mengajar dan
siswa belajar. Kegiatan mengajar dan belajar ini, bukan merupakan dua hal yang
terpisah tetapi bersatu, dua hal yang menyatukannya adalah interaksi tersebut.
Komunikasi efektif dalam pembelajaran
merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari
pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi
lebih baik. Pengajar adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya
komunikasi yang efektif dalam pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar
dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses
pembelajaran yang efektif
B. SARAN
Penulis
merasa banyak kekurangan dalam penulisan makalalah ilmu komunikasi
pendidikan mengenai bentuk – bentuk
komunikasi pendidikan an pembelajaran semoga penulisan maklah selanjutnya akan
lebih baik lagi .
DAFTAR
PUSTAKA
Tim
Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Bahasa, 2002.
Lestari G, Komunikasi yang Efektif, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2003.
Suranto, Komunikasi Perkantoran, Yogyakarta
: Media Wacana, 2005.
Onong
Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi ; Teori
dan Praktek, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993.
Najib
Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, JP
Books : Surabaya, 2010, 152.
Kampus : STKIP Kusuma Negara
Program : S.1 Pendidikan Matematika
Mata Kuliah : IPA/IAD
Penyusun : MOHAMAD AMINUDIN
ROMLAH
MIA MULYATI
0 komentar:
Posting Komentar